Pelayanan Cepat, Terlengkap & Terpercaya
Nama Pusaka : Keris Hamengku Buwono IV.
Dapur / Bentuk : Jalak Ngore
Pamor / Lambang / Filosofi : Mlinjon
Tangguh / Era Pembuatan / Estimasi : Kerajaan Hamengku Buwono IV.
Tahun Pembuatan : Abad 18
Model Bilah Pusaka : Lurus
Panjang Bilah Keris : 35 CM
Panjang Seluruh Keris : 42,2 CM
Asal Usul Pusaka : Dari Sahabat Keraton Yogyakarta
Warangka Kuno, Gayaman Yogyakarta, Kayu Timoho Bertuah, Handle Kayu Trembalo Nginden
Garansi Kami : Pusaka Dijamin Kuno / Sepuh.
Yoni / Tuah / Khasiat : Sangat baik untuk kesuksesan semua bidang terutama dalam Meraih Jabatan Kekuasaan, Memenangkan Tender, Kemajuan Usaha, Menanjakan Karir, Pengasihan dan Pemikat Tingkat Tinggi, Kawibawaah Maha Raja, disegani bawahan, pimipinan dan semua lapisan masyarakat, menarik daya simpati masyarakat, pagar diri dari segala macam gangguan gaib.
Kelebihan Keris Tersebut :
Aura dan Kekuatan Spiritualnya Sangat Tinggi (anda bisa perhatikan dan rasakan dengan batin)
Walaupun Keris Tua tetapi kondisi bilahnya masih utuh sempurna
Sloroknya sangat jelas dan Tajam, Lihat Foto Jarak Dekat perhatikan Warna Besinya, bagian pinggir Warna Abu-Abu, Tengah Warna hitam Besi Baja Kuno, dan Warna Putih Terang adalah pamor dari batu Meteor.
Keterangan Tambahan :
Sri Sultan Hamengkubuwono IV (lahir 3 April 1804 – meninggal 6 Desember 1822 pada umur 18 tahun) adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1814 – 1822
Nama aslinya adalah Raden Mas Ibnu Jarot, putra Hamengkubuwana III yang lahir dari permaisuri tanggal 3 April 1804. Ia naik takhta menggantikan ayahnya pada usia sepuluh tahun, yaitu tahun 1814. Karena usianya masih sangat muda, Paku Alam I ditunjuk sebagai wali pemerintahannya.
Pada pemerintahan Hamengkubuwono IV, kekuasaan Patih Danurejo IV semakin merajalela. Ia menempatkan saudara-saudaranya menduduki jabatan-jabatan penting di keraton. Keluarga Danurejan ini terkenal tunduk pada Belanda. Mereka juga mendukung pelaksanaan sistem Sewa Tanah untuk swasta, yang hasilnya justru merugikan rakyat kecil.
Pada tanggal 20 Januari 1820 Paku Alam I meletakkan jabatan sebagai wali raja. Pemerintahan mandiri Hamengkubuwono IV itu hanya berjalan dua tahun karena ia tiba-tiba meninggal dunia pada tanggal 6 Desember 1822. Oleh karena itu, Hamengkubuwono IV pun mendapat gelar anumerta Sultan Seda ing Pesiyar.